Praduga Rono Rene

Panorama cerpen, imaji mengurai sel-sel otak agar tetap sehat walafiat. Tak ada pembaca tak ada seni susastra. Jelajah imajinasi.

"Anda mencari siapa."
"Mencari Margistie."

"Maaf di sini tak ada nama itu."
"Oke. Baiklah."

Setelah mondar mandir kian kemari. Beberapa waktu kemudian dia kembali mencari di tempat itu lagi. "Saya mencari Bargot."
"Oh. Maaf di sini tak ada nama itu."
"Oke deh. Terima kasih."

Beberapa waktu kemudian setelah sekian lama sana-sini muter-muter, kembali lagi ketempat sama beberapa waktu lalu, lantas. "Saya mencari seseorang. Selama ini anda bilang tidak ada nama itu."
"Oh! Anda dari jawatan itu ya."

"Bukan. Saya dari akhirat."
Menjawab santai sangat komplit "Eh! Halah. Kenapa anda tak mengatakannya pada saya sejak waktu lalu itu. Kalau anda dari akhirat. Anda malaikat ya."
"Bukan. Saya juara tingkat tinggi tinggal di jalan akhirat."
"Ooh! Mengapa anda tak mengenakan seragam sebagaimana mestinya."

"Juara tak ada ketentuan memakai seragam."
"Ooh!" Amat panjang kalimat jawabannya, kemudian "... Gicu ya."
"Ehem. Top. Anda ceriwis sekali ya ternyata."
"Perkenalkan nama saya Margistie Bargot."
"Alias?"

"Alias Margot."
"Jadi anda ini siapa."
"Sekali lagi ya nama saya Margistie Bargot. Apakah anda petugas itu."
"Oh maaf saya bukan petugas."

"Loh piye toh. Kalau anda bukan petugas lantas anda ini siapa sih."
"Ya petugas."
"Kamu itu enggak jelas banget deh."
"Ini siapa bingung. Siapa tidak ya."

"Siapa tidak bingung. Jawaban anda enggak fokus. Saya tegaskan ya. Sekali lagi. Nama saya Margistie Bargot."
"Ya. Benar."
"Lah anda mencari siapa?"
"Ya itu tadi. Petugas."

"Oh! Jadi anda datang ke sini hendak mencari petugas."
"Bukan. Saya petugas mencari ya itu tadi."
"Margistie. Yoh kenalan sekali lagi sekalian. Ini saya aslinya begini. Rok mini menyala, agak kenes, sedikit ceriwis."
"Oke. Sekali lagi saya petugas."

"Nggih leres. Lah dikau mencari siapa?"
"Mencari menusia mirip anda loh Jeng."
"Asmanipun sinten."
"Lah nggih niku."

"Sinten asmanipun."
"Pada bae sama situ. Siapa tadi namanya?"
"Eh! Halah! Cuimie bukan mie instan."
"Hahaha. Hari gini kok masih ndagel toh Mbakyu."

"Lah piye toh Mas petugas. Saya sudah bilang nama saya Margistie Bargot, penggemar rok mini warna kinclong."
"Nggih leres alias sinten."
"Duh manusia kok ya mbulet ja. Nama saya Margistie Bargot."
"Nama saya Mas Petugas."

"Piye toh."
"Lah nggih niku asmanipun hamba."
"Oh nggih. Jadi asmanipun njenengan Mas pe.tu.gas."
"Leres tenan. Asli bukan kaleng-kaleng loh Mas Petugas"

"Kenalan sekali lagi yooh. Nama saya Margot Margistie."
"Lah cocok. Tahu sama tahu toh.'
Kepada penonton."Penonton ini orang manusia dari planet mana ya. Dari tadi mbulet ajah deh. Mumet aku."
Kata penonton. "Tanya ajah Mbak. Kalau masih mbulet bikinin nasi goreng super pedas. Terus di suapin."

"Sampeyan kalau masih mbulet ajah tak rujak cingurmu loh ya."
"Hahaha. Nggih monggo. Rujak cingur asyik loh Mbak."
"Wong segleng. Cingurre sampean bukan cingurku loh ya."
"Nggih niku cocok."

"Penonton ini orang gimana sih. Siapa sih sebenarnya dia?"
"Enggak usah repot-repoy mbak. Nama saya aslinya Playon Rono Rene."
"Oalaa! Lah situ enggak resmi Mas datengnya, jadi saya agak bias purnama liatnya."
"Rabun pagi maksudnya Mbak."

"Biasanya kalau ketemu Mas kan rapih sejoli. Jas-jasan gitu loh."
"Oh itu bukan saya. Saya ini ya Playon Rono Rene. Profesi pedagang bakso ujung gang langganan njenengan Mbak.""
"Eh halah. Coba buka kostum luarnya. Biar terlihat kostum aslinya gitu loh Mas."
"Oke." Membuka kostum luarnya lantas. "Jreng!"

"Hihihi. Dari tadi sampeyan ngerjain aku ya."
"Enggak kok. Aku aslinya ya gini Mbak."
"Nggih meniko njenengan. Lah tadi aku kira siapa gitu loh Mas."
"Taunya Playon Rono Rene toh."
 "Lah iya. Pedagang bakso langgananku." Ngakak bareng.

***

Jakarta Indonesiana, April 25, 2025.